Rabu, 05 Agustus 2009

Menilik Bridging BIUS dari Sisi Entrepreneurship


“Lebih cepat, lebih baik, lebih murah…”

Itulah motto saudagar yang dipaparkan oleh wakil presiden kita bapak Jusuf Kalla dalam International Conference of Innovation, entrepreneurship, and small business (ICIES). Salah satu acara yang saya ikuti sebagai peserta “bridging program” Beasiswa ITB untuk Semua (BIUS).

Berakhir sudah program bridging selama sebulan ini. Ditandai dengan perjalanan outbond ke Kawah Putih dan penyerahan penerima beasiswa oleh panitia kepada pihak Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB), 30 Juli 2009 lalu.

Banyak kegiatan yang telah dilakukan sebagai pembekalan kami sebelum memulai perkuliahan di ITB. Mulai dari belajar, jalan-jalan, pengenalan kampus, dan yang tak kalah penting adalah pelatihan soft skills. Bisa dikatakan kami ditempa untuk menjadi pribadi yang mandiri, tidak tergantung pada lingkungan, dan dapat fleksibel dalam situasi apapun. Modal yang sangat penting tentunya, tidak hanya saat kuliah namun juga dalam kehidupan nyata. Inilah yang sangat menarik dari progam ini.

Yang lebih mengesankan lagi, kami dipertemukan dengan para wirausahawan sukses. Mulai dari pak Very, kak Ben, sampai bapak Jusuk Kalla. Sungguh banyak pelajaran yang dapat diambil dari cerita dan pengalaman mereka. Meski dimasa awal pengembangan usaha, tidaklah berjalan semulus yang dibayangkan. Namun kegigihan, kemauan kuat untuk belajar, dan semangat mereka turut mengantarkan mereka pada kesuksesan. Dari pengalaman itulah mereka bisa memberikan tips dan trik untuk kami. Setiap pribadi memiliki tips dan trik masing-masing. Namun ada satu hal yang selalu sama yaitu “perbanyak jaringan dan network”.

Terkesan sederhana memang, namun itulah yang membuat kami semua khususnya saya memiliki pandangan yang lebih luas untuk mengikuti perkuliahan kedepan. Ajang perkuliahan harus dimanfaatkan dengan baik, terlebih untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Aktif di kampus, seperti mengikuti himpunan atau unit-unit merupakan salah satu solusinya. Selain menambah relasi, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat melatih kemampuan kita dalam berkomunikasi.

To be entrepreneur

Tak ada paksaan bagi kami untuk menjadi entrepreneur. Namun, seiring meningkatnya pengetahuan kami mengenai soft skills dan entrepreneur, terlihat perubahan yang signifikan. Tak ada lagi yang berorientasi untuk mencari kerja setelah kuliah. Sebaliknya, kami ingin berusaha untuk membuat lapangan pekerjaan. Karena tidak dapat dipungkiri, usaha kecil dan menengah turut membantu bangsa Indonesia memulihkan perekonomiannya. Sampai saat inipun, prosentase pengusaha kecil dan menegah di Indonesia belum sampai pada angka 2 persen. Mengkhawatirkan bukan?

Itulah mengapa kami bersemangat mengisi masa kuliah dengan aktif berorganisasi. Semakin banyak teman dan relasi akan mempermudah kita kedepannya. Seperti pesan pak Very Kristiantio, “Belajar dan Network”. Jadi, tidak ada istilah Study Oriented Only (SOO).

Perlu dipahami IP yang tinggi memang merupakan dambaan, namun IP bukanlah cermin kesuksesan di kehidupan nyata. Tidak sedikit sarjana yang menganggur setelah kuliah. Kegagalan ini tidak dikarenakan mereka kurang pintar, melainkan hal-hal lain seperti tidak dapat bekerjasama, emosi yang labil, dan ketidakmampuan menjalin komunikasi dengan baik.

Namun, bukan berarti kami mengesampingkan akademis. Keduanya harus seimbang. Justru Inilah tantangannya, bagaimana kami mampu mendapat IP yang tinggi dengan tetap aktif dalam berbagai kegiatan kampus.

Dengan berakhirnya bridging, kami harus siap menjalani perkuliahan. Kami yakin pembekalan selama ini tidak akan sia-sia. Malah akan sangat berguna bagi kami. Tentunya kami harus meraih prestasi yang baik, agar program BIUS ini dapat terus berlangsung. Sehingga semakin banyak anak yang dapat merasakan pendidikan di perguruan tinggi, khususnya ITB. Lebih jauh lagi, semakin banyak pula anak-anak cerdas dengan jiwa entrepreneur tinggi serta berakhlakul karimah yang siap memajukan bangsa ini.