Minggu, 22 November 2009

Welcome BIUS 2010

tulisan ini saya buat untuk teman-teman yang sekarang masih duduk di kelas 3 SMA. Kepada orang-orang terpilih, the agent of change, calon penerima Beasiswa ITB Untuk Semua (BIUS) 2010.


Sebelumnya, tak pernah terpikir olehku untuk meneruskan kuliah di ITB. Bahkan saat duduk di kelas 3 SMA, aku masih bingung untuk memilih perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan biaya untuk masuk perguruan tinggi sangatlah tinggi, dan keadaan ekonomi keluargaku hampir tidak memungkinkanku untuk kuliah. Akhirnya kucoba untuk mencari beasiswa, baik dari internet dan berkonsultasi dengan guruku. Namun belum ada hasil yang signifikan, aku belum mendapatkan perguruan tinggi yang mau memberikan beasiswa. Sampai akhirnya ada seorang guruku yang memberikan informasi bahwa ITB mengadakan program Beasiswa ITB Untuk Semua (BIUS). Ketika itu juga, aku mencoba untuk mencari informasi tambahan dari Internet dan mencoba mengumpulkan semua persyaratan meski saat itu waktu yang tersisa tinggal beberapa hari lagi.

Tidak disangka aku lolos seleksi tahap pertama dan dapat mengikuti tes seleksi masuk ITB di Bandung. Sungguh senang hatiku bisa bertemu dengan teman-teman yang sangat hebat dari berbagai daerah di Indonesia. Meskipun baru diadakan pertama kali, peserta BIUS mencapai 3170 orang. Hal ini memperlihatkan padaku betapa belum meratanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun, kami semua pantang menyerah dan terus berjuang agar dapat meneruskan pendidikan di perguruan tinggi yang terbaik.

Alhamdulillah dari sekian banyak peserta, aku termasuk peserta beruntung yang dapat lolos seleksi. Betapa bahagianya kedua orang tuaku saat itu. Terlebih lagi, keluarga kami baru saja mendapatkan ujian dari Allah dengan kecelakaan yang menimpa kakakku. Tak bisa kubayangkan bagaimana jika aku tidak diterima di ITB, mungkin aku harus menunggu setahun lagi untuk berkuliah.

Lebih jauh tentang BIUS, program beasiswa ini mencoba untuk memberikan solusi real untuk memperbaiki keadaan bangsa ini. Selain dengan memberikan kesempatan mengenyam pendidikan bagi masyarakat yang kurang beruntung dalam ekonomi, program ini juga mencoba mempersiapkan individu yang mampu mengembangkan daerah masing-masing dan membuat lapangan pekerjaan untuk masyarakat indonesia. Salah satu bentuk perwujudannya dengan memberikan program “bridging” dimana di dalamnya kami diberikan wawasan mengenai wirausaha dan cara beradaptasi di Bandung serta perkuliahan.

Kini setelah 3 bulan di ITB, banyak manfaat dan ilmu yang aku dapatkan. Selain meningkatkan intelektualitas, Aku semakin paham betapa pentingnya peran mahasiswa bagi bangsa ini. Ternyata banyak yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa, seperti sebuah pepatah “dengan kekuatan yang besar, datang tanggung jawab yang besar pula. Oleh karenanya proses pendidikan di ITB tidak hanya mencetak manusia dengan intelektualitas tinggi namun yang terpenting membangun individu dengan karakter yang baik sehingga dapat berguna bagi Islam, Bangsa , dan Almamater.

Oleh karena itu, aku sangat bersyukur kepada Allah atas segala karunianya. Tak lupa kuucapkan terima kasih kepada guru-guru dan teman-temanku yang tak henti mendukungku serta kepada kakak panitia, penyelenggara, dan donatur yang telah berkontribusi untuk membuat sebuah program beasiswa yang sangat luar biasa. Yaitu, Beasiswa ITB Untuk Semua (BIUS).

Kini giliran teman-teman semua untuk berjuang meraih mimpi. Kami semua disini (BIUS 2009), tengah bersiap untuk menyambut teman-teman calon penerima BIUS 2010. Mari kita berikan semangat terbaik kita untuk berkontribusi menuju peradaban yang lebih baik.

Terimakasih, salam hangat penuh semangat!!! Welcome BIUS 2010


Rabu, 05 Agustus 2009

Menilik Bridging BIUS dari Sisi Entrepreneurship


“Lebih cepat, lebih baik, lebih murah…”

Itulah motto saudagar yang dipaparkan oleh wakil presiden kita bapak Jusuf Kalla dalam International Conference of Innovation, entrepreneurship, and small business (ICIES). Salah satu acara yang saya ikuti sebagai peserta “bridging program” Beasiswa ITB untuk Semua (BIUS).

Berakhir sudah program bridging selama sebulan ini. Ditandai dengan perjalanan outbond ke Kawah Putih dan penyerahan penerima beasiswa oleh panitia kepada pihak Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB), 30 Juli 2009 lalu.

Banyak kegiatan yang telah dilakukan sebagai pembekalan kami sebelum memulai perkuliahan di ITB. Mulai dari belajar, jalan-jalan, pengenalan kampus, dan yang tak kalah penting adalah pelatihan soft skills. Bisa dikatakan kami ditempa untuk menjadi pribadi yang mandiri, tidak tergantung pada lingkungan, dan dapat fleksibel dalam situasi apapun. Modal yang sangat penting tentunya, tidak hanya saat kuliah namun juga dalam kehidupan nyata. Inilah yang sangat menarik dari progam ini.

Yang lebih mengesankan lagi, kami dipertemukan dengan para wirausahawan sukses. Mulai dari pak Very, kak Ben, sampai bapak Jusuk Kalla. Sungguh banyak pelajaran yang dapat diambil dari cerita dan pengalaman mereka. Meski dimasa awal pengembangan usaha, tidaklah berjalan semulus yang dibayangkan. Namun kegigihan, kemauan kuat untuk belajar, dan semangat mereka turut mengantarkan mereka pada kesuksesan. Dari pengalaman itulah mereka bisa memberikan tips dan trik untuk kami. Setiap pribadi memiliki tips dan trik masing-masing. Namun ada satu hal yang selalu sama yaitu “perbanyak jaringan dan network”.

Terkesan sederhana memang, namun itulah yang membuat kami semua khususnya saya memiliki pandangan yang lebih luas untuk mengikuti perkuliahan kedepan. Ajang perkuliahan harus dimanfaatkan dengan baik, terlebih untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Aktif di kampus, seperti mengikuti himpunan atau unit-unit merupakan salah satu solusinya. Selain menambah relasi, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat melatih kemampuan kita dalam berkomunikasi.

To be entrepreneur

Tak ada paksaan bagi kami untuk menjadi entrepreneur. Namun, seiring meningkatnya pengetahuan kami mengenai soft skills dan entrepreneur, terlihat perubahan yang signifikan. Tak ada lagi yang berorientasi untuk mencari kerja setelah kuliah. Sebaliknya, kami ingin berusaha untuk membuat lapangan pekerjaan. Karena tidak dapat dipungkiri, usaha kecil dan menengah turut membantu bangsa Indonesia memulihkan perekonomiannya. Sampai saat inipun, prosentase pengusaha kecil dan menegah di Indonesia belum sampai pada angka 2 persen. Mengkhawatirkan bukan?

Itulah mengapa kami bersemangat mengisi masa kuliah dengan aktif berorganisasi. Semakin banyak teman dan relasi akan mempermudah kita kedepannya. Seperti pesan pak Very Kristiantio, “Belajar dan Network”. Jadi, tidak ada istilah Study Oriented Only (SOO).

Perlu dipahami IP yang tinggi memang merupakan dambaan, namun IP bukanlah cermin kesuksesan di kehidupan nyata. Tidak sedikit sarjana yang menganggur setelah kuliah. Kegagalan ini tidak dikarenakan mereka kurang pintar, melainkan hal-hal lain seperti tidak dapat bekerjasama, emosi yang labil, dan ketidakmampuan menjalin komunikasi dengan baik.

Namun, bukan berarti kami mengesampingkan akademis. Keduanya harus seimbang. Justru Inilah tantangannya, bagaimana kami mampu mendapat IP yang tinggi dengan tetap aktif dalam berbagai kegiatan kampus.

Dengan berakhirnya bridging, kami harus siap menjalani perkuliahan. Kami yakin pembekalan selama ini tidak akan sia-sia. Malah akan sangat berguna bagi kami. Tentunya kami harus meraih prestasi yang baik, agar program BIUS ini dapat terus berlangsung. Sehingga semakin banyak anak yang dapat merasakan pendidikan di perguruan tinggi, khususnya ITB. Lebih jauh lagi, semakin banyak pula anak-anak cerdas dengan jiwa entrepreneur tinggi serta berakhlakul karimah yang siap memajukan bangsa ini.